LIRIH
Ketika suara gemuruh bertabuh
gemuruh
Tak ku dengar gemuruhnya
dendanganmu, Alam
Ketika angin membawa melodi
kemarahanmu merdu
Tak ku dengar merdunya
nyanyianmu, Alam
Ketika petir-petir meledakkan
amarahnya
Tak ku dengar ledakan tawamu,
Alam
Aku merindukan sosokmu
Lembut selembut dendangan awan
yang mengiring
Merdunya nyanyianmu membawa
lembut panorama ke mata dunia
Ledakan tawamu yang mengajak
insan untuk melihatmu lebih dekat
Aku yakin kau masih ada
Lembutnya dendanganmu,
Merdunya nyanyianmu,
Ramahnya tawamu,
Hanya saja kini kau suarakan
dengan lirih dan merintih...
Seakan kau ingin berkata seperti
ini
“Insan, aku merindukan kasih
sayang dalam balutan yang hijau,
dalam lantunan yang selalu
mendendangkan tembang-tembang kesuburan untukku,
dalam kerindangan yang selalu
kau pancarkan untukku bernapas dan menapasimu,
aku merindukan yang seperti
ini,
dengarkan lirihnya pintaku,
dan kau, Insan , selalu
memaksaku untuk memenuhi pintamu sesegera mungkin,
Insan, dapatkah kita
bersahabat lagi seperti dulu kala ?”
Seandainya mereka dapat
bicara, kawan
Dan kita dapat mendengarkan
mereka, kawan
Meski hanya lirih...
Purworejo, 10 November
2010
DIA YANG SELALU CINTA
Tentang air mata yang terus
berurai mendo’a untukku
Tentang cinta yang tak pernah
berakhir menjunjung tinngi nafasku
Tentang rindu yang tak pernah
berujung menyapaku di ujung sepi
Dia, Ibu yang selalu cinta
Tak pernah malu kau meminta
Tak pernah lelah kau
menjunjungku
Selalu berujar padaku “jangan
pernah menyerah, Ndhuk “
Dia, Ibu yang selalu cinta
Ketika ku mulai mencintai
seseorang
Kau harus melepasku dan
membagi dengan ikhlas ijinku untuk mencintainya
Dia, Ibu yang selalu cinta
Tersungging tangismu, saat ku
datang padamu
Tersenyum simpulmu dibalik
keriput dan keringnya tubuhmu
Aku menepiskanmu selama ini
Demi dia yang tak pernah
mencintaiku
Dia, Ibu yang selalu cinta
Ma’afku teriring tangisku
untukmu,Ibu
Yogyakarta,
1 Desember 2010
SENJA DI UFUK BARAT
Hari itu adalah hari yang
bersenandung senang
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari yang tak
tergantikan
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari camar
bertebangan berputar
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari ombak
berlarian mengejar kupu-kupu ke darat
Ketika kulewati bersamanya
Dan hari itu adalah hari penantian
laut akan bulannya yang bundar
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah saat kupandang
kau
Hari itu adalah saat ku
melihat kilapnya senja di kilau matamu
Hari itu adalah saat kau
memelukku dengan nasihatmu
Hari itu kau benar-benar indah
Dan senja di ufuk barat itu
menjadi saksi kepergianmu untuk selamanya
Meninggalkan aku yang tak
pernah menengokmu dalam kehidupanmu
Mengapa ?
Dan hanya senja di ufuk barat
yang mampu menjawabnya
Purworejo,
11 November 2010
0 komentar:
Posting Komentar