Rabu, 01 Oktober 2014

Puisi Hati

LIRIH

Ketika suara gemuruh bertabuh gemuruh
Tak ku dengar gemuruhnya dendanganmu, Alam
Ketika angin membawa melodi kemarahanmu merdu
Tak ku dengar merdunya nyanyianmu, Alam
Ketika petir-petir meledakkan amarahnya
Tak ku dengar ledakan tawamu, Alam


Aku merindukan sosokmu
Lembut selembut dendangan awan yang mengiring
Merdunya nyanyianmu membawa lembut panorama ke mata dunia
Ledakan tawamu yang mengajak insan untuk melihatmu lebih dekat

Aku yakin kau masih ada
Lembutnya dendanganmu,
Merdunya nyanyianmu,
Ramahnya tawamu,
Hanya saja kini kau suarakan dengan lirih dan merintih...
Seakan kau ingin berkata seperti ini
“Insan, aku merindukan kasih sayang dalam balutan yang hijau,
dalam lantunan yang selalu mendendangkan tembang-tembang kesuburan untukku,
dalam kerindangan yang selalu kau pancarkan untukku bernapas dan menapasimu,
aku merindukan yang seperti ini,
dengarkan lirihnya pintaku,
dan kau, Insan , selalu memaksaku untuk memenuhi pintamu sesegera mungkin,
Insan, dapatkah kita bersahabat lagi seperti dulu kala ?”

Seandainya mereka dapat bicara, kawan
Dan kita dapat mendengarkan mereka, kawan
Meski hanya lirih...



Purworejo, 10 November 2010




DIA YANG SELALU CINTA

Tentang air mata yang terus berurai mendo’a untukku
Tentang cinta yang tak pernah berakhir menjunjung tinngi nafasku
Tentang rindu yang tak pernah berujung menyapaku di ujung sepi

Dia, Ibu  yang selalu cinta
Tak pernah malu kau meminta
Tak pernah lelah kau menjunjungku
Selalu berujar padaku “jangan pernah menyerah, Ndhuk “

Dia, Ibu yang selalu cinta
Ketika ku mulai mencintai seseorang
Kau harus melepasku dan membagi dengan ikhlas ijinku untuk mencintainya

Dia, Ibu yang selalu cinta
Tersungging tangismu, saat ku datang padamu
Tersenyum simpulmu dibalik keriput dan keringnya tubuhmu
Aku menepiskanmu selama ini
Demi dia yang tak pernah mencintaiku

Dia, Ibu yang selalu cinta
Ma’afku teriring tangisku untukmu,Ibu




Yogyakarta, 1 Desember 2010

SENJA DI UFUK BARAT

Hari itu adalah hari yang bersenandung senang
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari yang tak tergantikan
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari camar bertebangan berputar
Ketika kulewati bersamanya
Hari itu adalah hari ombak berlarian mengejar kupu-kupu ke darat
Ketika kulewati bersamanya
Dan hari itu adalah hari penantian laut akan bulannya yang bundar
Ketika kulewati bersamanya

Hari itu adalah saat kupandang kau
Hari itu adalah saat ku melihat kilapnya senja di kilau matamu
Hari itu adalah saat kau memelukku dengan nasihatmu

Hari itu kau benar-benar indah
Dan senja di ufuk barat itu menjadi saksi kepergianmu untuk selamanya
Meninggalkan aku yang tak pernah menengokmu dalam kehidupanmu
Mengapa ?
Dan hanya senja di ufuk barat yang mampu menjawabnya







Purworejo, 11 November 2010

0 komentar:

Posting Komentar