Selasa, 19 Mei 2015

NARASI DRAMA JAKA TARUB

JAKA TARUB

Konon pada suatu hari ada seorang pemuda yang bernama Jaka Tarub yang tinggal bersama Ibunya yang bernama Mbok Randha di sebuah desa. Jaka Tarub sudah tidak punya ayah lagi.
(Musik : Lcr Manyar Sewu)
BABAK I
( Panggung menggambarkan sebuah kamar tamu. Ada 2 kursi dan 1 meja. Diatas meja ada kendhi (tempat untuk mengambil minum). Saat itu siang, kira-kira pukul 10.00 WIB).
Mbok Randha                : (Masuk panggung sambil mencari-cari Jaka Tarub)“ Jaka...Jaka...”
Jaka Tarub                      : (Masuk panggung)” Dalem, Mbok.”
Mbok Randha                : “Nak, tolong ambilkan air untuk dimasak. Persediaan air minum                  kita sudah habis. Ambilah di telaga yang airnya jernih.”( Berbalik                  untuk mengambil kendhi yang terletak di meja)
Jaka Tarub                      : (Menerima kendhi)“ Baik, Mbok. Jaka berangkat.”                                                                          ( Membalikkan badan keluar dari panggung)
Mbok Randha                : ( Keluar dari panggung)

Di atas langit tepat diatas desa Jaka Tarub tinggal, terdapat kerajaaan Bidadari. Raja disana memiliki 7 Putri Bidadari yang cantik-cantik. Putri bungsunya yang paling cantik, bernama Nawang Wulan.

PUISI



WIYATA BAKTI
Karya : WikanWibi

Waktu berjalan memudarkan asa
Berlari terseok untuk memutuskan mimpi
Bertahan dengan ilalang yang gersang
Ikuti irama air yang tak kunjung bermuara

Berkutat dengan ribuan data guru sertifikasi
Beradu dengan murid yang tak menghargai
Bersaing dengan sesama untuk sebuah simpati
Bergulat dengan kemarahan sesama atas ketidaksempurnaan

Wiyata
Berpendapat tapi tak terdengar
Berjasa tapi tak disebut
Bersabar tapi tak terkenal

Wiyata
Buruh tak kenal upah
Bahkan untuk ucapan terima kasih

CURAHAN HATI HEHEHE



Curhat Chapter 1
Jika kita dengarkan satu-satu apa yang mereka katakan, kita tak akan pernah jadi diri sendiri.
Jika kita lakukan semua yang mereka katakan, kita hanya pelaku sandiwara kedua, iya, sandiwara manusia buatan Tuhan.
Jika berat sebelah, maka kita akan dibilang pilih kasih.
Jika kita tak melakukan apa yang mereka katakan, kita akan dibilang “membangkang”.
Jika kita menurut, kita tak akan punya waktu untuk bilang “ini aku”.

Itulah kita. Dari sisi manapun dipandang, kita selalu punya 2 sisi, benar dan salah. Kembali lagi apa tujuan kita?