JAKA TARUB
Konon pada suatu hari ada seorang pemuda
yang bernama Jaka Tarub yang tinggal bersama Ibunya yang bernama Mbok Randha di
sebuah desa. Jaka Tarub sudah tidak punya ayah lagi.
(Musik
: Lcr Manyar Sewu)
BABAK
I
(
Panggung menggambarkan sebuah kamar tamu. Ada 2 kursi dan 1 meja. Diatas meja
ada kendhi (tempat untuk mengambil minum). Saat itu siang, kira-kira pukul
10.00 WIB).
Mbok
Randha : (Masuk panggung sambil mencari-cari Jaka
Tarub)“ Jaka...Jaka...”
Jaka
Tarub : (Masuk panggung)” Dalem, Mbok.”
Mbok
Randha : “Nak, tolong
ambilkan air untuk dimasak. Persediaan air minum kita sudah
habis. Ambilah di telaga yang airnya jernih.”( Berbalik untuk mengambil kendhi yang terletak di
meja)
Jaka Tarub :
(Menerima kendhi)“ Baik, Mbok. Jaka
berangkat.” ( Membalikkan
badan keluar dari panggung)
Mbok Randha : ( Keluar dari panggung)
Di atas langit tepat diatas desa Jaka Tarub
tinggal, terdapat kerajaaan Bidadari. Raja disana memiliki 7 Putri Bidadari
yang cantik-cantik. Putri bungsunya yang paling cantik, bernama Nawang Wulan.
BABAK
II
(Panggung
menggambarkan suasana istana kerajaan. Ada 2 kursi: Raja dan Ratu, 1 kursi
patih dan 1 meja. )
Ratu : (Keluar ke panggung bebarengan dengan Raja.
Dibelakangnya
ada
patih, 2 dayang dan 6 pengawal diiringi
gendhing track 4) “ Dinda rasa suasana langit semakin
hari semakin panas ya, Kanda”
Raja : “ Benar,
Dinda.” (Sambil melihat Ratu)
( 6 pengawal berbaris di kanan kiri Raja
dan Ratu. Dayang duduk disamping ratu dan
raja sambil mengipas-ipas raja dan ratu. Patih
duduk di samping Raja)
Ratu : “ Dayang....
Dayang...”(Sambil mendudukan diri di
kursi ratu)
( 2
dayang keluar ke panggung dengan sedikit berlari)
Ratu : “ Kemana
anak-anak kita, Kanda ?”
Raja : “
Entahlah, Dinda. Seharian ini kanda belum melihat mereka. Apakah kalian melihat mereka, dayang ?”
Dayang
I : “ Ma’af,
Paduka. Kami tidak melihat mereka”( sambil
terus mengipasi raja)
Dayang
II : “ Saya juga
tidak melihat mereka, Paduka.”
( 7
bidadari keluar dengan berbaris, kemudian mengaturkan sembah kepada Raja dan
Ratu. Pengaturan sembah dilakukan diantara
barisan pengawal. Lagu pengiring : Tari
merak )
Bidadari 1 :
“ Atur sembah kami, Ayah “
Raja : “Iya,
putri-putriku. Hari ini Ayah belum melihat kalian. Kemana saja kalian ?”
Bidadari
2 : “ Kami di
sendang, Ayah”
Bidadari
4 : “Kami ingin
turun ke bumi, Ayahanda ”
Ratu : “Untuk apa
kalian turun ke bumi ?”
Bidadari
3 : “Kami ingin
mandi di telaga tepat dibawah istana kita, Bunda.”
Bidadari
6 : “Iya, Bunda.
Kelihatannya air disana sangat jernih.”
Ratu : “Apa kalian
tidak takut akan terlihat oleh manusia ?”
Bidadari
2 : “Kami akan
berhati-hati, Bunda.”
Ratu : “Bagaimana,
Kanda ?” ( Sambil menoleh Raja )
Raja : “
Bagaimana, Paman ?” ( Sambil menoleh ke Paman Patih )
Patih : “ Sebaiknya
diijinkan saja, Baginda Raja. Saya yakin mereka dapat menjaga
diri. ”
Raja : “ Apa
kalian bisa menjaga diri ?”
Bidadari
5 : “ Tentu bisa,
Ayah” ( Menoleh ke bidadari lain)
Nawang
wulan : “ Iya, Ayah. Kami
yakin bisa menjaga diri. Lagipula udara di sini sangat panas. Kami ingin mencoba suasana
yang baru.”
Raja : “ Ya
sudah. Tapi, jaga diri kalian baik-baik!”
Ratu : “ Iya.
Jangan sampai manusia melihat kalian”
Bidadari
1-7 : “ Baik.” ( Sambil menganggukan kepala )
Bidadari
1 : “ Mohon pamit,
Ayah, Bunda” ( Menghaturkan sungkem )
BABAK III
(Panggung dalam keadaan seperti di jalan. Ada
3 bebatuan yang agak besar. Jaka Tarub
berjalan menuju telaga. Dalam perjalananya
dia bertemu dengan kedua temannya)
Teman
I : “ Hai, Jaka.
Mau kemana kau ?” (Sambil menunjukkan
tangan )
Jaka
Tarub : “ Mengambil
air di telaga. Kau sendiri mau kemana ?”
Teman
2 : “ Tak mau
kemana-mana. Bolehkah kami ikut ?” ( Menoleh
teman 1)
Teman
1 : ( Menoleh teman 2) “ Iya. Apa kami boleh
ikut ?”
Jaka
Tarub : “ Hm...
Baiklah. Ayo kita pergi bersama !” (
Melangkah pergi )
Teman
1 &2 : (Melangkah pergi di belakang Jaka Tarub.
Musik : Sinom I dan
Sinom II (awal saja ))
BABAK IV
( Panggung menggambarkan suasana di telaga.
Ada hijau-hijauan dan bebatuan. Musik :
Sinom I dan Sinom II. 7 bidadari turun
dengan berbaris dengan urutan bidadri 1 yang
paling depan dan biddari 7 paling belakang.
Bidadri berputar mengelilingi telaga.
Bidadari membentuk lingkaran dan bergegas
mandi. menari-nari dan akan mandi di
telaga tersebut. )
( Jaka Tarub dan kedua temannya melihat 7
bidadari, dan mengintip di balik bebatuan.
Musik : Sinom I dan Sinom II. 7 bidadari
asyik bermain air, tidak tahu kalu ada
manusia
di samping mereka)
Jaka
Tarub : “ Betapa
cantiknya wanita-wanita itu !” ( Sambil menggeleng-
gelengkan kepala )
Teman 2 :
“ Iyo e. “ ( Menoleh teman 1)
Teman 1 :
( Masih melongo )
Jaka Tarub :
( Menabok teman 1 ) “ Kamu itu kenapa ? Jan.... ”
Teman 1 :
“ Wah... perempuan kok cantik-cantik banget ya !”
Jaka Tarub :
“ Ahaaa.... Aku punya ide !” ( Sambil menunjuk tangan ke atas )
Teman 1 & 2 : “ Apa ? “ (Sambil memandang Jaka Tarub )
Jaka Tarub :
“ Lihat saja !” ( Menengok kumpulan selendang bidadari )
Jaka
Tarub :(Mengambil selendang berwarna merah dan
menyembunyikannya di dalam kendhi )
Teman 1 & 2 : ( Mengacungkan
jempol)
6 bidadari :
(Selesai mandi dan mengenakan selendang
masing-masing) Nawang Wulan :
(Mencari selendang ke sekitar telaga)
“ Dimana selendangku ?”
Bidadari
6 : (Mendekati Nawang Wulan) “ Kemana
selendangmu ?”
Nawang
Wulan : “ Entahlah, Kak.
Tolong bantu aku mencarinya”
Bidadari
1 : “ Tapi kita
sudah tidak punya waktu. Kita harus segera pergi, sebelum manusia bumi melihat kita.” (Melebarkan selendangnya)
Bidadari
4 : “ Tapi kasihan
Nawang Wulan .” ( Mendekati Nawang Wulan )
Nawang
Wulan : (Menangis)
Jaka
Tarub : ( Mengintip dibalik batu )
Teman
1 & 2 : ( Mengintip dibalik batu)
Bidadari
2 : “ Tapi kita
harus cepat kembali. Ayolah”
5
bidadari : “
Baiklah” (Sambil megepakan sayap)
Bidadari
6 : “ Jaga dirimu
baik-baik, Adikku”
Bidadari
1 : “ Suatu saat
kami akan kembali menjemputmu”
Nawang
Wulan : (Menangis)
6
Bidadari : (Pergi)
Nawang
Wulan : ( Menangis dan berputar di sekitar telaga mencari selendangnya )
Teman
1 & 2 : (
Mendorong-mendorong tubuh Jaka Tarub) “ Ayo...”
Jaka
Tarub : “ Hm... Baiklah” ( Masih sembunyi di balik batu)
Jaka
Tarub : ( Melangkah keluar dari belakang batu menuju
Nawang Wulan)
Nawang
Wulan : (Mundur ketakutan) “ Siapa kamu ? Jangan macam-macam
padaku !”
Jaka Tarub :
“ Jangan takut. Saya Jaka Tarub “ ( Mengulurkan
tangan )
Teman 1 & 2 : ( Keluar
dari balik batu )
Teman 1 :
“ Saya Kemal.”( Mengulurkan tangan )
Teman
2 : “ Saya
Kamel.” ( Mengulurkan tangan juga)
Nawang
Wulan : ( Tambah ketakutan)
Jaka
Tarub : “ Jangan
takut. Kami manusia baik-baik. Kami kana menolongmu.”
Nawang
Wulan : ( Mendekat Jaka Tarub sambil memandanginya dari atas sampai bawah ) “ Hm.... Baiklah. Saya Nawang
Wulan. Saya tersesat disini.” ( Menjawab uluran tangan Jaka Tarub, Kamel, dan Kemal)
Jaka
Tarub : “ Senang
sekali bertemu denganmu, Nawang Wulan. Kamu cantik sekali.” ( Menyanyikan lagu :Nyidam Sari )
Kemal dan Kamel : ( Menari mengikuti
lagu Nyidam Sari )
Nawang
Wulan : “ Terima kasih sudah
menghiburku. Tapi... Saya bingung. Tidak
tahu daerah mana ini. Tidak tahu harus
kemana. ” ( Menunduk)
Jaka
Tarub : “ Jangan
bingung, Nawang. Kamu bisa tinggal di rumahku. ”
Nawang
Wulan : ( Mengernyitkan kening)
Kemal : “ Kami orang
baik-baik. “
Kamel : “ Iya. Kami
tidak akan jahat padamu”
Nawang
Wulan : “ Apa kalian yakin ?”
Jaka
Tarub : “ Iya. Kami
yakin. Bagaimana, Nawang?” ( Sambil
menoleh ke Nawang Wulan)
Nawang
Wulan : “ Baiklah. Aku ikut ke
rumahmu, Jaka Tarub”
BABAK V
(Panggung di setting di rumah Jaka Tarub
bagian belakang. Ada tumpukan padi, alat
masak. Jaka Tarub mencari-cari tempat yang
aman untuk menyembunyikan selendang
Nawang Wulan. Jaka Tarub menyembunyikan
selendang Nawang Wulan di lumbung.
Musik : Tari Cipat Cipit)
Babak VI
Di
Istana, para parajurit sedang latihan kanuragan bersama ketua prajurit.
Ketua
prajurit : (Bersiap) “ Ayo... semuanya siap
graaaaak...”
7
prajurit : ( Berlari dan berbaris membentuk barisan
berbanjar)
Prajurit
4 : ( Kentut)
Prajurit
6 : ( Menutup hidung)
Ketua
Prajurit : ( Mendekati prajurit 6) “ Ada apa ini?
Di suruh siap kok tutup hidung ? ”
Prajurit
6 : ( Tersenyum kecil) “ Tidak ada apa-apa,
Ketua.”
Prajurit
4 : ( Kenthut lagi )
Ketua
Prajurit : ( Mendengar kenthut dan menutup hidung,
kemudian mendekati prajurit
4) “ Oh... jadi kamu yang buat gaduh disini! Ayo push up 612 x!”
Semua
prajurit kec.4: ( Cekikikan)
Prajurit
4 : (Menghela nafas) “ Hm... masa kenthut
dilarang!” ( Mengambil
ancang-ancang push up)
(Namun tiba-tiba 6 bidadari masuk ke istana
dengan menari dan menabrak prajurit 4.
Kemudian berbaris disamping panggung
berhadapan dengan para prajurit )
Bidadari
1 : “ Mana Ayahanda
?”
Ketua
Prajurit : ( Menghaturkan sembah ) “ Sebentar lagi,
Raja dan Ratu akan sampai di istana ini, Den Ayu.”
Bidadari
2 : ( Menoleh bidadari 1) “ Sebaiknya kita
tunggu saja, Kak.”
Bidadari
1 : “ Baiklah.”
Semua
biddari : ( Terlihat panik karena kehilangan Nawang
Wulan)
Prajurit
4 : ( Mundur dengan memegangi dada, bernafas
lega)
Ketua
Prajurit : ( Menyikut prajurit 4 )
Prajurit
4 : ( Tertunduk malu)
(Ratu dan Raja bidadari, patih masuk disertai
2 dayang dibelakangnya)
Bidadari I- 6 : ( Menghaturkan sungkem )“ Hatur sembah
kami, Ayah, Bunda.”
Semua prajurit : ( Menghaturkan
sembah )
Raja :
(Celingukan )
“
Ya.. ya . . ya.. Kemana Nawang Wulan ?” ( Sambil
celingukan mencari Nawang
Wulan )
Bidadari 6 :
“ Nawang kehilangan selendangnya, Ayah. Jadi dia tidak dapat kembali ke sini.”
Ratu :
( Terkejut) “ Benarkah itu ?”
Semua prajurit : ( Terkejut)
Bidadari 5 :
“ Benar, Bunda. Ma’afkan kami tidak bisa saling menjaga” ( Sambil menangis)
Raja :
“ Bagaimana kalian ini !”
Ratu :
( Menangis dan hampir jatuh )
2 Dayang :
( Menopang tubuh Ratu)
Patih :
( Menghaturkan sembah) “ Ma’afkan
saya menyela, Paduka.
Menurut saya, biarlah Nawang tinggal di bumi sementara waktu. ”
Raja :
( Menoleh patih )” Apa alasanmu,
Patihku ?”
Patih :
“ Jika Den Ayu Nawang Wulan tinggal di bumi, maka dia akan merasakan betapa beruntungnya jika dia
tinggal di sini, Paduka. Den ayu pasti kembali, Paduka.”
Raja :
( Mengangguk-anggukan kepala, dan
meikirkannya sejenak) “ Baiklah, Patih. Aku terima saranmu.”
Raja :
“ Ayo bawa Ratu ke istana !”
(Semuanya
meninggalkan panggung dengan urutan Raja, Patih, Ratu dibopong 2 Dayang, 6
bidadari, para prajurit)
BABAK
VI
(Panggung di setting seperti Babak I (
keadaan di rumah Jaka Tarub). Jaka Tarub tiba di
rumah bersama Nawang Wulan, Kemal, dan
Kamel.)
Jaka
Tarub : “ Mbok...
Simbok... “
Mbok
Randha : “ Kamu sudah
pulang Jaka ? Mana air pesanan Simbok ?”
Jaka
Tarub : “ Ma’af,
Mbok. Jaka lupa. ” ( Sambil
menggaruk-garuk kepala)
Mbok
Randha : “ Bagaimana kamu
ini, Nak ?”
Kamel : “ Kesengsem.
Mbok, sama wong ayu. ”
Kemal : “ Jadinya lupa
sama kewajiban mengambil air. Iyo tho ?”
Jaka
Tarub : “ Lha wong
lupa beneran kok, Mbok. Oia, kenalkan ini Nawang
Wulan, Mbok. ” ( Sambil menoleh ke
Nawang Wulan )
Nawang
Wulan : ( Menyalimi Mbok Randha)
Mbok
Randha : ( Menerima salam dari Nawang Wulan) “
Cantik sekali kamu, Nduk. Darimana ?”
Nawang
Wulan : (Tersenyum, kemudian memandang Jaka Tarub)
Jaka
Tarub : “ Ia
tersesat, Mbok. Makanya Jaka bawa pulang. Mau minta Simbok
mengijinkan Nawang tinggal disini. ”
Mbok
Randha : “ Iya... Tidak
apa-apa, Nak. “
Nawang
Wulan : “ Terima kasih, Mbok.”
Babak VII
Belum
lama Nawang Wulan tinggal di rumah Jaka Tarub, tetangga-tetangga Jaka Tarub
dan
mbok Randha menggunjing Nawang Wulan karena tinggal bersama laki-laki yang
bukan
muhrimnya.
(Nawang Wulan membawa keranjang pakaian lewat
di sekitar gerombolan Ibu-Ibu. Ada
4 orang ibu. Panggung disetting ada tempat
duduk persegi panjang. )
Nawang
Wulan : “ Mangga, Bu.”
Ibu-Ibu : ( Pandangan mencemooh kepada Nawang Wulan )
Nawang
Wulan : ( Tersenyum dan segera berlalu)
Babak VIII
( Simbok Randha didepan rumah sedang memilih
beras yang akan ditumbuk. Nawang
Wulan datang dengan menangis kemudian duduk
di kursi panjang depan rumah Jaka
Tarub. Panggung disetting dengan suasana
depan rumah Jaka Tarub dengan keranjang
tempat beras. Musik : Sinom I dan II bagian
awal)
Mbok
Randha : ( Meletakkan tampah ) “ Ada apa, Nawang ? Kenapa kamu menangis ?”
Nawang
Wulan : ( Menangis)
Mbok
Randha : ( Duduk disamping Nawang dan memandang wajah
Nawang) “ Ada ada,
Nduk ? Datang-datang kok menangis ?”
Nawang
Wulan : ( Masih tetap menangis)
Mbok
Randha : ( Mengusap rambut Nawang Wulan) “ Cerita
sama simbok tho, Ndhuk !”
(Ketika Nawang Wulan masih menangis, Jaka
Tarub datang membawa keranjang yang
berisi ikan. Melihat Nawang yang sedang
menangis, Jaka tarub meletakkan
keranjangnya dan mendekati Nawang Wulan)
Jaka
Tarub : ( Berdiri di
depan Nawang Wulan) “ Ada apa ini, Mbok?”
Mbok
Randha : ( Memandang Jaka
tarub) “ Tidak tahu, Jaka. Nawang tidak mau
bicara.”
Jaka
Tarub : ( Memandang Nawang) “ Ada apa, Nawang?”
Nawang
Wulan : ( Memandang Mbok Randha, kemudian Jaka Tarub) “ Sepertinya tetangga di sini mencemooh saya,
Mbok. Karena saya adalah orang asing,
ditambah lagi tinggal bersama laki-laki yang tidak saya kenal
sebelumnya.”(Masih terisak-isak)
Nawang
Wulan : “ Bagaimana kalau saya
pamit saja, Mbok, Jaka? Daripada saya
menjadi beban buat Simbok dan Jaka?”( Sambil
berdiri kemudian akan masuk ke
dalam rumah)
Jaka
Tarub : “ Tunggu,
Nawang! Mau kemana kamu jika pergi dari sini ?”
Nawang
Wulan : ( berjalan)“ Entahlah, Jaka.” (
Sambil berlalu)
Mbok
Randha : ( Berdiri) “ Jangan pergi, Ndhuk.
Tinggalah di sini untuk menjadi
pendamping hidup Jaka, sehingga tidak akan ada lagi yang mencemoohmu. Bagaimana, Jaka?”( Memandang Jaka)
Nawang
Wulan : ( Menghentikan
langkahnya)
Jaka
Tarub : “ Jaka setuju
saja, Mbok. Tapi bagaiman dengan Nawang?”
Mbok
Randha : “ Coba tanyakan
kepada Nawang!”
Jaka
Tarub : (Berjalan mendekati Nawang dan menghadapkan
muka kepada Nawang) “
Maukah kamu menjadi pendampingku,
Nawang?”
Nawang
Wulan : ( Masih tertunduk)
Mbok
Randha : ( Mendekati Nawang
dan Jaka)” Ayo, Nduk. Jaka seorang laki-laki
yang baik.”
Nawang
Wulan : ( Memandang Simbok
Randha) “ Baiklah, Mbok, Jaka. Tapi saya
punya syarat yang harus Jaka penuhi. ”
Jaka
Tarub : ( Memandang
Nawang) “ Apa itu, Nawang?”
Nawang
Wulan : “ Jika saya sedang
memasak nasi, maka Jaka tidak boleh membuka
tempat saya menanak nasi. ”
Jaka
Tarub : “ Hanya itu?”
( Tersenyum)
Nawang
Wulan : “ Iya.”
Mbok
Randha : ( Tersenyum)
BABAK IX
Akhirnya,
Jaka Tarub dan Nawang Wulan menikah.
( Musik : Lcr. Kebo Giro)
( Panggung terdapat 2 kursi. Nawang Wulan dan
Jaka Tarub berdiri di depan kursi
didampingi dengan Mbok Randha disana. Teman
teman Jaka Tarub, tetangga Jaka Tarub
memberikan selamat atas pernikahan Jaka Tarub
dan Nawang Wulan. )
BABAK X
Setelah
menikah, mereka memiliki anak perempuan bernama Retno Nawangsih.
Semakin
hari Retno tumbuh dewasa dan memiliki paras yang rupawan.
( Musik : Ladrang Lagu dolanan Pelog 6)
( Panggung disetting halaman rumah dengan ada
pepohonan yang hijau. Retno pamit
pada Jaka Tarub, Nawang Wulan, dan Mbok
Randha untuk berangkat sekolah.)
Retno : “ Berangkat
dulu ya, Bapak, Ibu. ”( Menyalimi Jaka
Tarub, Nawang Wulan, Mbok Randha)
Nawang
Wulan : “ Hati- hati ya, Nduk”
Retno : “ Siaaaaap.” ( Berlari ke halaman)
Jaka
Tarub : “ Siaap....”
Mbok
Randha : (
Tersenyum)“ Anak kalian lucu sekali. Tak sabar berpisah lama dengannya”
Jaka
Tarub : ( Tersenyum)
BABAK XI
( Panggung di setting sekolah lesehan. Ada 10
murid dan 1 Ibu guru.)
Ibu
guru : “ Selamat
pagi, Anak-anak.” ( Berdiri)
Anak-anak : “ Selamat pagi, Ibu guru” (Duduk)
Ibu
guru : “ Hari
ini kita akan bermain dengan lagu-lagu jawa. Siapa yang
ingin menari, menari, dan yang ingin bermain, bermainlah. Ok ?”
Anak-anak : ( Bertepuk tangan) “ Ok, Ibu guru.”
( Musik : Jaranan, Lir-ilir, Suwe ora jamu,
Gundul-gundul pacul)
( Anak laki-laki bermain jaranan. Anak
perempuan bermain dakon dan engklik. Ibu guru
mengawasi dan memisah bila ada yang
berebutan. Ada yang berebutan isi dakon, yaitu
teman 1 dan teman 2 perempuan.)
BABAK XII
( Panggung menggambarkan suasana dapur. Ada
tungku, 2 kursi, dan 1 meja. Nawang
Wulan memasak nasi, Jaka Tarub memandangi
Retno Nawangsih, Retno Nawangsih
mengganggu ibunya memasak.)
Nawang
Wulan : (Mencubit pipi Retno Nawangsih) “ Jangan mengganggu ibumu.
Ibu sedang memasak.”
Retno :
“ Hm... Baiklah.” ( pergi ke samping Jaka
Tarub)
Retno :
“ Apakah ibu sudah mandi?” ( Sambil
memandang Nawang Wulan)
Nawang Wulan : “ Belum, Retno...”( mendekati dan Membelai rambut Retno Nawangsih) “ Ini mau berangkat mandi.”
Nawang Wulan : “ Kanda, dinda nitip nasi. Jangan sekali-kali, kanda
coba membukanya. ”
Jaka Tarub :
“ Baiklah.”
Nawang Wulan : “ Ayo, Retno. Ikut Ibu, Nak” ( Menggandeng tangan Retno, kemudian berlalu dari panggung)
Jaka Tarub :
(Penasaran terhadap isi masakan Nawang
Wulan. Musik : tari soyong.
Jaka tarub mengitari masakan Nawang Wulan. Akhirnya Jaka Tarub membuka
tempat menanak Nawang Wulan. Betapa kagetnya
hanya ada 1 butirpadi saja. Kemudian ia menutupnya
kembali. Jaka Tarub tertidur)
Nawang Wulan : (Keluar
panggung. Melihat Jaka Tarub yang tertidur. Menuju tempat menanak nasi.)
Nawang
Wulan : (Membuka tutup nasi, dan Ia terkejut.) “ Kenapa nasinya tidak jadi? ” (Berlari menuju Jaka Tarub yang tertidur dan membangunkannya.) “ Apa Kanda yang
membuka tutup itu? Hingga padinya tidak menjadi nasi ?!” ( Menangis)
Jaka
Tarub : “ Ma’afkan
aku, Dinda. Aku khilaf. Aku lupa akan janjiku.”
Nawang
Wulan : “ Sudahlah ! Kini aku
harus menumbuk padi lebih pagi agar aku dapat memasak nasi untuk kalian.”
( Nawang Wulan duduk di kursi dengan lemasnya.
Jaka Tarub berlutut di depan Nawang
Wulan untuk meminta ma’af atas kesalahnnya
dan menyanyikan lagu bersama.)
Nawang
Wulan : (Masih duduk di kursi) “ Sudahlah, Kanda. Aku ma’afkan kesalahanmu.”
Jaka
Tarub : “ Terima
kasih, Dinda.”
BABAK XIII
( Panggung menggambarkan Nawang Wulan sedang
menumbuk padi untuk memasak.
Ada tumbukan padi dan alu. Ada seikat padi
disamping alat tumbukan padi. Nawang
Wulan memasaknya. Musik : Sinom I dan Sinom
II)
BABAK XIV
(Suatu pagi Nawang Wulan melakukan aktivitas
menumbuk padi seperti biasanya. Dia
menuju lumbung padi. Dia menemukan
selendangnya. Musik : Tari Cantrik)
(Seketika itu datanglah Jaka Tarub dan
Retno Nawangsih. Jaka Tarub terkejut karena
Nawang Wulan sudah menemukan selendangnya.)
Jaka
Tarub : “ Tunggu,
Dinda. Aku bisa menjelaskannya.” ( Maju
menemui
Nawang
Wulan)
Nawang
Wulan : “ Ternyata selama ini,
kau yang menyembunyikannya. Sehingga aku tidak dapat kembali ke istana.” ( Sambil menangis)
Retno : (Mendekati ayahnya) “ Ada apa ini, Ayah?
Kenapa Ibu menangis?”
Nawang
Wulan : ( Memakai selendangnya) “ Sepertinya ini saatnya aku pergi.
Kembali ke langit.”
(Tiba-tiba 6 bidadari muncul untuk
menjemput Nawang Wulan. )
Bidadari
1 : “ Ini saatnya
kamu kembali, Adhikku. Tinggalkanlah bumi, dan kembalilah.”
Bidadari
4 : “ Ayah dan Ibu
sangat merindukanmu.”
( Retno semakin bingung dan menangis
sekencang-kencangnya)
Jaka
Tarub : ( Berlutut pada Nawang Wulan)” Jangan
tingglakan kami, Dinda. Kami masih sangat mebutuhkanmu.” ( Menangis)
Retno : ( Berlari memeluk Nawang Wulan) “
Jangan tinggalkan Retno, Ibu. Nanti Retno tidak punya Ibu lagi.
Siapa yang akan menjaga Retno. Siapa yang akan memasak untuk
Bapak?”
Nawang
Wulan : ( Memeluk Retno Nawangsih dan mengusap- usap kepalanya) “ Bapak akan menjagamu sepenuh hati, Retno.
Jangan kuatir” ( Menangis dan melepaskan pelukan Retno)
Bidadari
3 : “ Waktumu sudah
habis, Nawang. Ayo pulang ” ( Mengibarkan sayap)
Nawang
Wulan : “ Kanda, jaga diri
baik-baik. Jaga Retno baik-baik. Aku sangat bahagia dapat mengenalmu. Jika kau
merindukan aku, maka tunggulah bulan purnama. Kita akan bisa
bertemu.” (
Mengepakkan sayap)
7
bidadari : ( Terbang
meninggalkan panggung)
Jaka
Tarub : “ Dinda....
Ma’afkan aku. Aku akan jaga Retno Nawangsih baik- baik.” (
Masih berlutut)
Retno : “ Ibu................................”
THE END
Jadi,
teman-teman kalau ingin mendapatkan kebaikan, carilah dengan jalan yang baik
juga.
Kalau tidak, kebaikan itu tidak akan bertahan lama.
0 komentar:
Posting Komentar