Jumat, 07 Desember 2012

Cerita anak- Kanza oh Kanza


             KANZA OH KANZA
                                    
          Terkejut Kanza saat memasuki rumah. Ada sepeda baru ukuran sedang berwarna pink terpakir rapi di sebelah sepedanya yang sudah usang. Hari ini Kanza ke sekolah naik angkutan umum karena sepedanya rusak pada bagian ban. Kanza adalah siswa kelas VI SD Norbis Utara.
          “Sepeda siapa ini? ” gumam Kanza.
          Kemudian Kanza memasuki ruang makan, tapi tak ada seorangpun di sana. Akhirnya Kanza memutuskan untuk masuk ke kamar.
          “Kemana Ibu?” kata Kanza dalam hati sambil menyusuri tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Kanza terkejut saat melihat Ibu dan seorang anak perempuan sebayanya. Ada rasa tidak suka pada diri Kanza melihat anak itu. Kanza meletakkan tasnya begitu saja di meja tanpa menyapa Ibu dan anak perempuan itu.
          “ Kanza, sini, Nak!” panggil Ibu lembut.
          “ Ada apa, Bu?” jawab Kanza malas.
          “ Kenalkan ini Greta,” Kata Ibu sambil memegang pundak Greta.
          “ Aku Greta Purnama,” kata Greta sambil mengulurkan tangan kanan mengajak bersalaman.
          Kanza menerima uluran tangan Greta dengan malas, “ Aku Kanza Miranti.”
          Keduanya bersalaman. Ibu tersenyum melihatnya. Kemudian Ibu berkata lagi, “ Besok Greta akan bersekolah di sekolah yang sama denganmu, Za. Dia juga akan tinggal beberapa lama di sini. Jadi, biasakan berbagi kamar dengan Greta! Dia akan menjadi teman yang baik untukmu, Za!”
          “ Ya, Bu,” jawab Kanza malas.
          Ibu keluar dari kamar Kanza. Saat sampai di tangga, Kanza menyusul Ibu.
          “ Ibu, berapa lama Greta akan tinggal di sini?” tanya Kanza.
          “ Entahlah, Za. Sampai orang tuanya kembali ke Indonesia. Jadilah teman yang baik untuk Greta! Berbagilah, Za!”
          “ Kenapa dia tidak ikut orang tuanya saja!” kata Kanza ketus.
          “ Orang tuanya sibuk, Za. Nanti dia enggak dapat perhatian. Dia tidak seberuntung kamu, Za,” kata Ibu lembut.
          “ Ok. Ok,” jawab Kanza dengan enggan sambil menuju kamar mandi.

***
          Di sekolah.
          “ Anak-anak, kalian punya teman baru sekarang. Silahkan perkenalkan namamu kepada teman-teman,” kata Ibu Lidya.
          “ Terima kasih, Ibu. Selamat pagi, teman-teman. Namaku Greta Purnama. Sekarang tinggal di Jalan Mentari Pagi 21,” kata Greta sambil tersenyum manis kepada teman-teman.
          “ Hai, Greta,” sapa anak kelas VI SD Norbis Utara kompak, kecuali Kanza.
          “ Duduklah disamping Kanza, Greta. Selamat bergabung di sini,” kata Ibu guru sambil menunjukan tempat duduk Greta.
          “ Baik, Bu.”
          Greta melangkah ke bangku di samping Kanza.
          “ Aku senang bisa duduk bareng kamu, Za,” kata Greta lembut.
          “ Sudahlah, kita belajar saja,” jawab kanza ketus.


***
          Hari demi hari, teman Greta di sekolah semakin banyak, bahkan hasil belajarnya pun lebih baik daripada Kanza. Hal itu terbukti ketika Ibu Kanza mengambil raport keduanya.
          Saat Greta sedang bermain ke tempat teman sekelasnya untuk belajar kelompok, Ibu dan ayah menegur Kanza.
          “Kenapa nilai kamu turun, Za ?” kata Ibu lembut.
          “ Biar saja, Bu. Kanza tidak nyaman di kamar. Saat kanza belajar, Greta juga ikut belajar. Greta menirukan Kanza,” jawab Kanza mantap.
          “ Lho, Nak. Bukankah itu bagus ? Kamu jadi punya teman belajar,” kata Ayah lembut.
          “ Tidak, Yah. Kanza tidak nyaman belajar bersama. Apalagi Greta sok sering mengajari Kanza. Kanza tidak suka. Greta seperti menganggap Kanza anak yang bodoh,” kata Kanza dengan suara yang keras.
          “ Ayah dan Ibu juga selalu membela Greta. Apa-apa Greta. Kamu harus contoh Greta! Kamu harus berbagi dengan Greta! Greta! Greta! Greta!” ucap Kanza sambil mau menagis.
          “ Kanza sayang, tentu saja Ayah dan Ibu lebih menyayangimu. Ibu dan Ayah kasihan sama Greta. Tidak punya sanak keluarga di sini. Apa kamu tidak kasihan ?” tanya Ibu.
          “ Entahlah, Bu,” jawab Kanza sambil berlalu ke kamar.

***
          Kanza termenung di kamar. Saat Greta datang, Kanza pun hanya diam saja seperti biasanya.
          “ Hai, Kanza,” sapa Greta ceria.
          “ Hmm...,” balas Kanza.
          Dipikiran Kanza masih terasa marahnya kepada Greta. Karena sejak Greta hadir di keluarganya, di sekolahnya, Kanza merasa tidak diperhatikan lagi. Semuanya serba Greta. Pernah suatu hari, Kanza mau ikut belajar kelompok di rumah Sintia bersama Rio, Ganesha, dan Lila. Namun, Sintia menolaknya karena jumlahnya sudah pas bersama dengan Greta. Padahal dari kelas III mereka sudah belajar kelompok bersama.
***
          Keesokan harinya, saat akan berangkat ke sekolah, ban sepeda Kanza bocor. Ayah sedang buru-buru ke Kantor, sedangkan Ibu tidak bisa menambal bannya.
          “ Kamu boncengan saja sama Greta, Za,” kata Ayah sambil memakai sepatunya.
          “ Tapi, Yah...?” kata Kanza memelas.
          “ Ayah sedang buru-buru. Ma’af ya, Za,” jawab Ayah sambil mencium kening Kanza.
          Ayah pergi ke kantor, sedangkan Ibu sudah menyerah jika harus membetulkan bannya.
          “ Kanza bareng Greta saja ya!” kata Ibu mengusulkan.
          “ Iya, bareng aku saja,” Greta menyambung.
          “ Tapi kamu yang di depan ya, Za, badan kamu lebih besar dari Greta,” usul Ibu lagi.
          “ Ya, baiklah. Daripada aku terlambat,” kata Kanza lemah.
***

          Di perjalanan menuju sekolah, Greta dan Kanza mengobrol.
          “ Za, bolehkah aku bertanya sesuatu ?” kata Greta lembut.
          “ Tanya saja!” jawab Kanza ketus.
          “ Kenapa sih kamu sepertinya marah sekali sama aku?”
          “ Ga apa-apa,”
          “ Apa aku punya salah sama Kanza? Kalau iya Greta minta ma’af ya, Za. Greta iri melihat orang tua Kanza yang perhatian sekali sama Kanza. Berbeda sekali dengan orang tua Greta. Mereka pergi sesukanya, dan Greta harus pindah pindah  sekolah terus. Bahkan Greta tidak mempunyai sahabat. Tidak seperti Kanza. Semua teman Kanza memuji Kanza. Kanza adalah anak yang pintar,” kata Greta terbata-bata.
          Kanza hanya diam saja. Kanza tidak menanggapi kata-kata Greta. Ada rasa menyesal di dalam hatinya karena memperlakukan Greta secara kasar. Tapi rasa marah itu masih lebih besar dibanding rasa kasihan itu. Kanza mengayuh sepeda sampai ke halaman SD Norbis Utara.
***

          Hari ini hari minggu, hari ulang tahun Kanza yang ke-12. Kanza merasa bersalah terhadap Greta, tapi juga masih merasa marah. Bahkan bertambah marah, saat tahu tak seorangpun di rumah yang mengucapkannya. Tak seperti tahun lalu, Kanza mendapatkan banyak kado. Kanza merasa bosan. Akhirnya dia pergi ke tempat Sintia.
          “ Mau kemana, Za ?” tanya Greta lembut.
          “ Ke tempat Sintia,” jawab Kanza singkat.
          “ Hati-hati ya, Za,” kata Greta sambil melambaikan tangan.
          Kanza berlalu tak menghiraukan lambaian Greta.
***

          Di tempat Sintia, Kanza bercerita tentang Greta. Sintia hanya tersenyum.
          “ Greta baik kok, Za,” jawab Sintia.
          “ Iya, tapi aku ga suka sama Greta,” kata Kanza ketus.
          “ Kata Ibu Lidya, kita harus saling menyayangi, Za. Masih ingat kan?”
          “ Iya, masih ingat. Tapi entahlah! Aku menginap tempatmu bolehkan?” tanya Kanza dengan sedih. Hari ini ucapan ulang tahun pun tak ada.
          “ Hm... Anu, Za. Sepertinya ga bisa,” jawab Sintia takut.
          “ Kenapa ?” tanya Kanza.
          “ Hm... aku antar kamu pulang saja ya?”
          Kanza bingung dengan sikap Sintia. Sintia dengan cepat menyambar tasnya dan menarik tangan Kanza.
          “ Ayo, Za!” ajak Sintia
          Meski kebingungan, Kanza menuruti keinginan Sintia untuk mengantarnya pulang.
***

          Sesampainya di depan rumah, rumah masih terlihat gelap. Kanza berpikiran orang tuanya pergi dengan Greta. Kanza membuka pintu rumah yang ternyata tak terkunci.
          1.......2............3......
          Lampu menyala. Balon-balon. Ada teman-temannya.
          “ Happy Birthday, Kanza....,” teriak mereka serentak.
          Kanza masih nampak kebingungan. Ayah dan Ibu menghampiri Kanza.
          “ Selamat ulang tahun ya, Kanza,” kata Ayah dan Ibu kompak.
          “ Darimana Ayah mendapat ide seperti ini?” tanya Kanza masih dengan ekspresi terkejut.
          “ Greta yang memberi tahu Ayah dan Ibu. Greta memberi tahu kalau kamu ingin pesta ulang tahun,” jawab Ibu lembut.
          Kanza berlari mencari Greta. Kanza menemukan Greta sedang berada di kamar.
          “ Hm..., Za. Maaf ya,” kata Greta dengan gemetar.
           “ Aku membaca buku diarimu yang waktu itu kamu tinggal ke kamar mandi. Aku minta maaf,” jelas Greta dengan gemetar dan hampir menangis.
          Kanza berlari memleuk Greta. Keduanya pun menangis.
          “ Aku yang minta maaf, Gret. Aku tak pernah baik padamu. Maafin aku, Gret,” kata Kanza sambil menangis.
          “ Aku gak marah kok, Za. Soal pesta iti, aku minta maaf,” sahut Greta sambil menangis.
          Kanza melepaskan pelukannya.
          “ Pesta itu sempurna, Gret. Seperti yang aku impikan, tapi akan lebih sempurna jika kamu mau jadi sahabatku,” kata Kanza.
          “ Tentu aku mau, Za,” jawab Greta sambil memeluk Kanza.
          Akhirnya keduanya pun bersahabat dan menikmati coklat bersama teman-teman di pesta ulang tahun Kanza. Orang tua Kanza pun tersenyum
          “ Kanza ...Oh... Kanza,” ucap Ibu sampbil tersenyum.

TAMAT

2 komentar:

Teguh Martanto mengatakan...

apik lele. .
jangan menilai seseorang buruk sebelum kita tahu sebenarnya orang itu. .

Unknown mengatakan...

rampungke sik macane, tm,
lagi komentar :D
But thanks

Posting Komentar